A. Teknik Konseling: Ada beberapa teknik konseling menurut Makarao (2010) antara lain sebagai berikut:
1. Perilaku Attending
2. Empati
3. Refleksi Refleksi adalah keterampilan konselor untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan nonverbal.
4. Eksplorasi Eksplorasi adalah keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien. Hal ini penting, karena klien seringnya menutup diri.
5. Menangkap Pesan Utama (Paraphrasing) Konselor harus dapat menangkap pesan utamanya, dan menyatakannya secara sederhana. Paraphrasing yang baik adalah menyatakan kembali pesan utama klien secara seksama dengan kalimat yang mudah dan sederhana.
6. Bertanya untuk Membuka Percakapan (Open Question) Kebanyakan konselor sulit untuk membuka percakapan dengan klien. Hal ini dikarenakan, konselor merasa sulit menduga apa yang dipikirkan klien, sehingga sulit untuk mengajukan pertanyaan yang pas. Sebaiknya tidak menggunakan kata-kata mengapa? dan apa sebabnya? Hal ini akan menyulitkan klien, dikarenakan klien tidak tahu atau sengaja ditutupi. 7. Bertanya Tertutup (Close Question)
8. Dorongan Minimal (Minimal Encouragement) Dorongan minimal adalah suatu dorongan langsung dan singkat terhadap apa yang telah dikatakan klien, dan memberikan dorongan singkat seperti: oh, ya, lalu. Seorang konselor harus 14 dapat mengupayakan, agar kliennya terlibat dalam pembicaraan dan mau terbuka tentang dirinya (Self Disclosing).
9. Interpretasi Dalam interpretasi ini, upaya konselor untuk mengulas pemikiran, perasaan, perilaku serta pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori. Tujuan interpretasi ini adalah: memberikan rujukan, pandangan, perilaku klien, agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.
10. Mengarahkan (Directing) Untuk mengajak klien berpartisipasi secara penuh di dalam proses konseling, perlu ada ajakan dan arahan dari konselor. Keterampilan konseling yang mengatakan kepada klien, agar dia berbuat sesuatu, mengarahkannya agar melakukan sesuatu.
11. Menyimpulkan Sementara (Summarizing) Menyimpulkan sementara perlu dilakukan, agar pembicaraan makin jelas. Setiap periode waktu tertentu, konselor bersama klien perlu menyimpulkan hasil pembicaraan. Untuk itu sangat diperlukan kebersamaan, agar klien merasa bertanggung jawab atas dirinya sendiri, sehingga mampu mengambil keputusan pemecahan masalah yang dihadapinya, konselor hanyalah membantu. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka tujuan dari menyimpulkan sementara adalah sebagai berikut: memberi feedback, menyimpulkan, meningkatkan kualitas diskusi.
12. Memimpin (Leading) Sebagai konselor harus mampu memimpin arah pembicaraan, agar tercapai tujuan konseling. Tujuannya adalah: agar klien tidak menyimpang dari fokus pembicaraan.
13. Fokus Seorang konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui perhatiannya yang terseleksi dari pembicaraan dengan klien. Fokus membuat klien untuk memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan.
14. Konfrontasi Konfrontasi adalah suatu teknik konseling yang menantang klien untuk melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi antar perkataan dengan bahasa badan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan.
15. Menjernihkan (Clarifying) Menjernihkan adalah suatu keterampilan untuk menjernihkan ucapan-ucapan klien yang samar-samar, kurang jelas, dan agak meragukan. Teknik ini mempunyai tujuan: agar klien dapat menyatakan pesannya dengan jelas, agar klien dapat menjelaskan, mengulang, mengilustrasikan perasaannya.
16. Memudahkan (Facilitating) Memudahkan adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas.
17. Diam Banyak orang bertanya tentang kedudukan diam dalam kerangka proses konseling. Sebenarnya diam adalah sangat penting digabung dengan teknik attending. Diam bukan berarti tidak ada komunikasi, akan tetapi tetap ada, yaitu melalui perilaku nonverbal. Yang paling ideal, diam itu paling lama 5-10 detik, dan selebihnya dapat diganti dengan dorongan minimal. Akan tetapi, jika konselor yang menunggu klien yang sedang berpikir, mungkin diamnya bisa lebih dari 5 detik, hal ini relatif, tergantung dari feeling konselor.
18. Mengambil Inisiatif Mengambil inisiatif perlu dilakukan konselor manakala klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam dan kurang partisipasif. Konselor harus dapat mengucapkan kata-kata yang mengajak klien untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi.
19. Memberi Nasihat Pemberian nasihat sebaiknya dilakukan jika klien memintanya. Walaupun demikian, konselor tetap harus mempertimbangkannya. Apakah pantas untuk memberi nasihat atau tidak. Sebab dalam memberi nasihat tetap dijaga agar tujuan konseling yakni “kemandirian klien” harus tetap tercapai.
20. Pemberian Informasi Dalam hal informasi yang diminta klien, sama halnya dengan pemberian nasihat. Selanjutnya jika konselor tidak memiliki informasi tersebut, sebaiknya dengan jujur katakana bahwa tidak mengetahuinya. Akan tetapi, jika konselor mengetahui tentang informasi tersebut, sebaiknya disampaikan, agar klien mengetahui informasi tersebut.
21. Merencanakan Menjelang akhir sesi konseling, seorang konselor harus dapat membantu klien untuk dapat membuat rencana berupa suatu program untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya. Suatu rencana yang baik adalah hasil kerjasama antara konselor dengan klien.
22. Menyimpulkan Pada akhir sesi konseling, konselor membantu klien untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang didapat, menyangkut halhal sebagai berikut: bagaimana keadaan perasaan klien saat ini terutama mengenai kecemasan, memantapkan rencana klien.
B. Metode Konseling: 1. Bimbingan Konseling Individu (Individual Counseling); 2. Bimbingan Konseling Kelompok (Group Guidance). |